PERGURUAN PENCAK SILAT SANG MAUNG BODAS
Perguruan Silat Satria Awi Koneng Maung Bodas didirikan oleh Bpk.K.H.R.A. Muhamad Fajar Laksana Sumayuda Wangsa Negara, pencipta seni olahraga tradisional Maen Boles dan Ngaggotong Lisung, yang menjadi icon budaya Kota Sukabumi.
Perguruan Silat Satria Awi Koneng Maung Bodas didirikan oleh Bpk.K.H.R.A. Muhamad Fajar Laksana Sumayuda Wangsa Negara, pencipta seni olahraga tradisional Maen Boles dan Ngaggotong Lisung, yang menjadi icon budaya Kota Sukabumi.bela diri silat tidak lepas dari pondok pesantren yang diajarkan oleh para Kyai, karena Silat tidak lepasa dari SANTRI, SHOLAT DAN SILATURAHMI DENGAN SILAT, Seni silat aliran sang maung bodas ini maka kemudian di resmikan masuk IPSI tgl 28 januari 2011 dan menjadi HUT Ps. Sang Maung Bodas
BOLA LEUNGEUN SEUNEU ( BOLES )
Apa Itu BOLES ? Bola Leungeun Seuneu ini merupakan permainan yang termasuk dalam kategori seni dan olahraga dalam bermain bola api yang terbuat dari kelapa tua yang dibentuk bulat dan direndam dalam minyak tanah lalu dibakar.
Filosofi dari permainan Bola Leungeun Seuneu adalah bagaimana manusia dalam menjalani hidup ini mampu mengendalikan (tangan) hawa nafsu (bola) agar tidak terjerumus (api) pada perbuatan yang salah sehingga menyebabkan penyesalan yang selalu datang diakhir.
LISUNG NGAMUK dalam Kitab Suwasit, yang disimpan di Museum Prabu Siliwangi Kota Sukabumi, memiliki tiga lubang: Sanghiyang Agung (tengah, melambangkan kekuatan Allah SWT), Batara Sungki (depan, kekuatan pemimpin), dan Lobang Panjanang (belakang, kekuatan rakyat). Filosofinya menyatakan bahwa negara akan kuat jika kekuatan Tuhan, pemimpin, dan rakyat bersatu. Dalam kesenian Ngagotong Lisung, empat orang yang membawanya melambangkan empat pilar kebangsaan: NKRI, UUD, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika. suatu negara akan kuat, akan hebat apabila memiliki tiga kekuatan, kekuatan dari sang Maha Pencipta, kekuatan dari pemimpin dan dari rakyat. Kalau tiga-tiganya bersatu maka negara akan berjalan dengan baik
ADU LISUNG berasal dari Ponpes Dzikir Al Fath, Sukabumi, dan terinspirasi dari legenda Ki Tupang dan Nyi Centrik di era kerajaan Pajajaran. Lisung ini melambangkan kekuatan Tuhan (Sang Hyang Agung), pemimpin (Batara Sungki), dan rakyat (Panjanang). Kesenian ini menggambarkan pentingnya persatuan tiga kekuatan tersebut dalam kehidupan berbangsa dan melawan kejahatan. Permainan tradisional Adu Lisung melibatkan dua tim yang saling mendorong lisung dalam pertandingan selama 10 menit, dipandu oleh wasit dan diiringi musik kendang pencak.