SMA Internasional Istanbul Al Fath – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali melakukan penelitian terhadap benda-benda koleksi di Museum Prabu Siliwangi, Kota Sukabumi. Penelitian dilakukan oleh empat orang peneliti BRIN dari tanggal 22 sampai 25 November 2024. Pendiri Museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana mengatakan, kurang lebih ada 187 benda koleksi yang terdiri dari batuan, keramik, dan logam yang menjadi objek penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh BRIN di Museum Prabu Siliwangi ini merupakan yang ketiga kalinya. “Yang pertama penelitian arca kemudian keramik waktu awal. Penelitian kedua uang-uang jaman dulu, kemudian naskah-naskah kemudian barang-barang dari jaman Belanda. Penelitian ketiga ini kepada logam besi dan keramik karena keramik belum selesai ini masih banyak,” katanya, Kamis 28 November 2024. Baca Juga: Naskah Peninggalan Ulama dan Jaman Kolonial di Museum Prabu Siliwangi Sukabumi Diteliti, BRIN : 90 persen Asli Dia menjelaskan, penelitian benda-benda koleksi di Museum Prabu Siliwangi perlu dilakukan karena museum menjadi salah satu sarana pendidikan bagi masyarakat. “Kita ini akan menjadi pusat pendidikan buat anak-anak siswa, maka kita undang BRIN. Itu foto-foto buktinya ada dan diserahkan untuk diteliti. Kenapa harus diteliti karena kita bukan pakarnya saya hanya praktisi yang mencintai untuk melakukan penyelamatan benda-benda,” ujarnya. “Setelah saya lakukan penyelamatan semua maka tidak bisa bernilai pendidikan kalau tidak ada peneliti karena jangan sampai salah menginformasikan maka hari ini sudah ketiga kali penelitian,” tuturnya. Macam-macam Kujang dari Abad ke 15 masehi Triwurjani selaku Peneliti Ahli Madya pada BRIN mengatakan, koleksi kujang yang tersimpan di Museum Prabu Siliwangi jumlahnya cukup banyak. Setelah diteliti, dapat diketahui bahwa teknik pembuatan kujang di jaman dahulu berbeda-beda sesuai dengan bahan materialnya. Baca Juga: Kata BRIN Usai Meneliti Batu Prasasti Kujang di Museum Prabu Siliwangi Kota Sukabumi “Nah setelah saya ambil sampel saja ini luar biasa sekali. Temuan di sini kita bisa belajar mengenai hal kujang saja itu ternyata ada yang dibuat dengan cara ditempa, ada juga yang campuran antara besi dengan campuran tembaga, juga ada yang dicor,” ujarnya. “Di situ membuktikan bahwa kujang itu selain sebagai alat senjata juga sebagai simbol. Karena itu kan tebal. Di situ kita bisa belajar berbagai macam bagaimana empu (pembuat) ya di sini menciptakan berbagai macam peralatan itu tentunya untuk yang di leluhur. Jadi kan itu nilai budaya kita menghargai para leluhur,” tambahnya. Dalam penelitian ini, kurang lebih ada 17 kujang yang diteliti dari total 187 benda koleksi yang diteliti. Masa pembuatan kujang-kujang itu diperkirakan pada abad 15 sampai 16 masehi. “Kalau soal usia memang kujang itu kan berada di era paleometalik di abad 15-16.

Nah tapi itu ternyata logam-logam yang ada di situ juga ada dari masa memang prasejarah akhir,” cetusnya. Baca Juga: Suara Ayep Zaki – Bobby Maulana Melambung di Quick Count Pilwalkot Sukabumi Menurutnya, sebanyak 17 kujang yang diteliti bentuknya sesuai dengan yang ada pada prasasti cetakan 130 rupa kujang yang juga tersimpan di Museum Prabu Siliwangi. Prasasti tersebut sebelumnya juga telah diteliti oleh BRIN. “Rasanya semua prototipe itu ada terwakili semua. Jadi kalau cetakannya ada 130 macam kujang itu mungkin bisa dilihat cuma mungkin belum kuat satu-satu,” ucapnya. Rath Kautsar Firdaus selaku Peneliti BRIN bagian uji lab menambahkan, setelah dicek menggunakan alat laboratorium XRF, kujang-kujang koleksi Museum Prabu Siliwangi rata-rata memiliki unsur besi hingga 95 persen. “Nah untuk yang sudah diperiksa ada bermacam-macam untuk logam salah satunya tadi yang sudah disebutkan yaitu kujang. Jadi secara umum untuk kujang itu sendiri yang sudah diperiksa itu terdiri dari komponen besi itu hampir 95 persen unsur besi,” ucapnya.  “Jadi bisa dilihat bahwa pada jaman dulu untuk pembuatannya itu tidak main-main jadi semakin banyak unsur besinya kan jadi lebih bagus. Tergantung sama penambahan unsur-unsur lain yaitu ada juga yang fungsinya tergantung untuk komposisi yang lain ada penambahan salah satunya tahan karat,” ujarnya. Keunikan kujang yang ada di Museum Prabu Siliwangi menurutnya cukup beragam. Salah satunya ada kujang yang terbuat dari bahan besi dan kuningan. “Lalu kemudian ada hal yang unik juga ada kujang yang memang terdiri dari komponen besi dan juga campuran dari tembaga atau kuningan. Jadi ada Kujang Naga Emas jadi itu untuk bagian bilahnya terdiri dari besi, sedangkan untuk gagangnya dia sudah terbuat dari kuningan atau emas. Juga ada yang terlapisi dengan aluminium jadi bisa dilihat bahwa untuk mendapatkan tampilan yang lebih mengkilap ada tambahan aluminium,” jelasnya. Hasil dari penelitian oleh BRIN ini nantinya akan dibuat laporannya dalam bentuk buku. Kemudian, benda-benda koleksi Museum Prabu Siliwangi yang sudah diteliti oleh BRIN akan diberi tanda khusus.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Butuh Informasi ? Hubungi Kami !