SEMINAR DAN PEMAPARAN HASIL PENELITIAN BENDA BENDA DIMUSEUM PRABU SILIWANGI

SMA Internasional Istanbul Al Fath _ Hallooo sahabat museum!!! 👋🏻
ada berita menarik nii, pondok pesantren modern dzikir Al-fath kota Sukabumi mengadakan Seminar dan Pemaparan Hasil Penelitian Benda Benda di Museum Prabu Siliwangi.

Museum Prabu Siliwangi menjalin kerjasama dengan BRIN (Badan Research dan Inovasi) dan Alhamdulillah benda benda museum Prabu Siliwangi sudah 3 hari diteliti oleh Para Peneliti dari lembaga pemerintah BRIN hasil penelitianya akan di paparkan dan di presentasi kan bersama dengan dinas pendidikan dan kebudayaan serta Dispora kota Sukabumi.

Tentunya terdapat materi yang menarik dan berguna nih untuk menambah wawasan sahabat museum.
Yang mana kali ini mengusung tema “Pemaparan Hasil Penelitian Benda Benda di Museum Prabu Siliwangi”.

Pembicara :
1. Prof Dr Muhammad Fajar Laksana SE., CQM., MM., P.hd (pendiri museum prabu siliwangi)
2. Dr. M Irfan Mahmud M.SI (Kepala pusat research prasejarah dan sejarah BRIN)
3. Dr, Dwi Yani Yuniawati Umar M.HUM ( Peneliti Arca Megalitik tipe Jawa Barat)
4. Drs Masyhudi MA ( Peneliti Arca Megalitik tipe Jawa Barat)
5. Drs Jatmiko M.HUM (Peneliti tengkorak Monyet macaca)
6. Drs Yusmani Ernawati M.HUM ( Peneliti piring keramik Cina Dinasti Qing, Abad 19 M)

Waktu Pelaksanaan :
📆 : Rabu, 08 Mei 2024
Aula Syeikh Quro Pondok pesantren modern dzikir Al-fath kota Sukabumi.

BRIN Teliti Prasasti Kujang di Museum Prabu Siliwangi, Batu Kujang Berusia Puluhan Juta Tahun

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian pada 40 benda koleksi yang tersimpan di Museum Prabu Siliwangi, di Kelurahan Karangtengah Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Penelitian yang dilakukan BRIN berlangsung dua hari dari 6-7 Mei 2024. Salah satu benda koleksi yang menjadi objek penelitian adalah prasasti Batu Kujang yang berjumlah 13. Masing-masing batu prasasti terdapat gambar 10 bentuk rupa kujang berbeda-beda. Jika ditotalkan ada sebanyak 130 bentuk rupa kujang.

Peneliti arkeologi Pra Sejarah dari Pusat Riset Arkeologi BRIN, Jatmiko mengatakan, kujang yang ada di Museum Prabu Siliwangi dalam bentuk fisik kurang lebih berjumlah 30 dengan bentuk berbeda-beda.

“Prototipe cetakan senjata dari kujang itu saya sudah tuliskan dalam laporan resminya itu bahwa itu di sini itu sudah ada koleksinya 30 yang dikoleksi Museum Prabu Siliwangi. Itu ada 30 senjata kujang itu mirip mirip dengan yang di cetakan (prasasti Batu Kujang) itu sebanyak 13,” ujar Jatmiko.

Sebanyak 130 bentuk kujang ini memiliki nama-nama dan makna berbeda. Penjelasannya tertuang di dalam kitab Sekar Sunda yang ada di ruang sejarah Pajajaran di Museum Prabu Siliwangi.

“Di Jawa Barat ini kan senjata kujang merupakan senjata yang khas dari sini, katanya dari Sekar Sunda itu ada 130 model itu sementara yang dipunyai oleh Museum Prabu Siliwangi ini sudah ada model cetakannya itu sebanyak 13 yang masing-masing kotaknya isinya 10,” jelasnya.

Menurutnya, Prasasti Batu Kujang tersebut telah berusia puluhan juta tahun lalu yang terbuat dari batuan pasir vulkanik. Namun pihaknya belum dapat memastikan mengenai waktu persis pencetakan bentuk kujang itu. 

“Kalau yang prototipe cetakan gambar kujang itu untuk usia batuan yang buat tatakan cetakan itu antara kala miosen oligosen yang sekitar 30-20 juta tahun lalu tapi itu bahan batuannya. Nah ketika bahan batuan ini dibuat oleh manusia nah itu yang belum kita ketahui sejak kapan karena ada indikasi tulisan itu,” terang dia.

“Saya berani mengatakan itu dibuat bukan pada zaman prasejarah karena zaman prasejarah tidak mengenal tulisan jadi yang jelas itu dibuat ketika sudah menginjak zaman sejarah karena ada indikasi tulisan yang sudah diuraikan dalam Sekar Sunda,” sambungnya.

Kata BRIN Usai Meneliti Batu Prasasti Kujang di Museum Prabu Siliwangi Kota Sukabumi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meneliti kurang lebih sebanyak 40 benda koleksi yang tersimpan di  Museum Prabu Siliwangi, di Kelurahan Karangtengah Kecamatan Gunungpuyuh,  Kota Sukabumi. Penelitian yang dilakukan BRIN berlangsung dari tanggal 6 hingga 7 Mei 2024. Salah satu benda koleksi yang menjadi objek penelitian adalah prasasti Batu Kujang. Prasasti Batu Kujang berjumlah 13. Di masing masing batu prasasti terdapat gambar 10 bentuk rupa kujang yang berbeda-beda. Sehingga jika ditotalkan ada sebanyak 130 bentuk rupa kujang. Peneliti arkeologi Pra Sejarah dari Pusat Riset Arkeologi pra sejarah dan sejarah BRIN, Jatmiko mengatakan, untuk kujang yang ada di  Museum Prabu Siliwangi dalam bentuk fisik kurang lebih berjumlah 30 dengan bentuk berbeda-beda.

“Prototipe cetakan senjata dari kujang itu saya sudah tuliskan dalam laporan resminya itu bahwa itu di sini itu sudah ada koleksinya 30 yang dikoleksi  Museum Prabu Siliwangi. Itu ada 30 senjata kujang itu mirip mirip dengan yang di cetakan (prasasti Batu Kujang) itu sebanyak 13,” ujarnya, Kamis 9 Mei 2024. Masing-masing 130 bentuk kujang memiliki nama-nama dan makna yang berbeda. Penjelasannya tertuang di dalam kitab Sekar Sunda yang ada di ruang sejarah Pajajaran di Museum Prabu Siliwangi.
Itu saya ga tahu bahasanya Sunda kuno tapi sudah dikupas dalam makna di Kitab Sekar Sunda itu makna dan model model kujangnya. Di Jawa Barat ini kan senjata kujang merupakan senjata yang khas dari sini nah katanya dari Sekar Sunda itu ada 130 model yang itu mah sementara yang dipunyai oleh  Museum Prabu Siliwangi ini sudah ada model cetakannya itu sebanyak 13 yang masing-masing kotaknya isinya 10,” tuturnya.  Prasasti Batu Kujang, menurut Jatmiko berusia puluhan juta tahun lalu yang terbuat dari batuan pasir vulkanik. Namun dia belum dapat memastikan mengenai waktu persis pencetakan bentuk kujangnya.

“Kalau yang prototipe cetakan gambar kujang itu untuk usia batuan yang buat tatakan cetakan itu antara kala miosen oligosen yang sekitar 30-20 juta tahun lalu tapi itu bahan batuannya. Nah ketika bahan batuan ini dibuat oleh manusia nah itu yang belum kita ketahui sejak kapan karena ada indikasi tulisan itu, saya berani mengatakan itu dibuat bukan pada jaman prasejarah karena jaman prasejarah tidak mengenal tulisan jadi yang jelas itu dibuat ketika sudah menginjak jaman sejarah karena ada indikasi tulisan yang sudah diuraikan dalam Sekar Sunda,” tambahnya.   Sementara itu pendiri  Museum Prabu Siliwangi yang juga turunan ke 17 dari Prabu Siliwangi, KH Fajar Laksana mengatakan, prasasti Batu Kujang tersebut didapatkan secara turun temurun dari keluarganya. “Kalau tahunnya kita kurang tahu karena warisan keluarga, cuman kalau dari penelitian batunya ini udah dari jaman dahulu kala kemungkinan waktu digambarnya itu di era Pajajaran. Cuman dari situ kita ada wawasan baru bentuk rupa, bentuk rupa itu macam macam. Bentuk rupa kujang itu ternyata sangat banyak. Yang ada di museum saja ada 130 bentuk. Tapi bukan berarti 130, mungkin aja di tempat lain ada bentuk yang lain,” ucapnya “Di kita ada bukunya kitab Sekar Sunda. Kitab Sekar Sunda ini menggambarkan bentuk bentuk yang ada di batu tadi kemudian ketika nanya usia dan sebagainya itulah butuh penelitian,” katanya belum lama ini.

Meskipun luas  Museum Prabu Siliwangi tidak sebesar seperti museum lainnya, namun banyak pengunjung dari dalam dan luar negeri yang tertarik untuk melihat koleksi benda sejarahnya. “Ada dari Kanada yang ingin melihat batu kujang. Tapi dia bukan penelitian hanya observasi, membandingkan. Kedua dari Belanda, rombongan, bahkan dia belajar tentang bagaimana menjamas keris,” jelasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Butuh Informasi ? Hubungi Kami !